إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَـغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِالله ِمِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ
سَـيِّـَئاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, أَرْسَلَهُ
بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيرًا بَيْنَ يَدَىِ السَّاعَةِ, مَنْ يُطِعِ
الله وَرَسُولَهُ فَـقَدْ رَشَدَ, وَمَنْ يَعْصِهِمَا فَاِنَّهُ لَا
يَضُرُّ اِلَّا نَفْسَهُ وَلَا يَضُرُّ اللهَ شَيْءً أَعُوْذُ
بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ اَللَّهُمَّ
صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَ
التـَّابِعِيْنَ وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا
بَعْدُ.
فَـإِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ , وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّ الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ
مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ
ضَلَالَةٍ فِىالنَّارِ
Para hamba
Allah, sidang Jum’at rahimakumullah.
Pada
kesempatan yang berbahagia ini khotib berwasiat kepada dirinya dan kaum
muslimin yang hadir pada majelis ini, dengan wasiat taqwa, sebagaimana
firman Allah yang telah dibacakan tadi yang artinya: “Hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan muslim”.
Salah satu
keistimewaan umat akhir zaman adalah menjadi penyaksi sejarah kebenaran
ayat-ayat Allah dan nubuwwat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kalau
masa dahulu tatkala Rasulullah masih berada di tengah-tengah umat, keimanan
para shahabat benar-benar paripurna. Keimanan mereka terhujam dalam hati
sanubari. Meskipun apa yang dikatakan oleh Al Qur’an dan Sabda Rasulullah,
belum nyata pada penginderaan mereka, namun ketika benar berasal dari Allah dan
Rasul-Nya, tanpa ada keraguan sedikitpun, mereka menyatakan keimanan.
Para hamba
Allah, itulah umat terdahulu, sebaik-baik umat yang Allah taqdirkan menjadi
pendamping kerasulan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Lain halnya
dengan kita saat ini, umat Rasulullah akhir zaman. Meskipun fisik beliau tidak
berada di tengah-tengah kita, akan tetapi nubuwwat yang beliau sabdakan 14 abad
silam, nyata dan benar-benar terjadi dalam lintasan sejarah. Begitupula
ayat-ayat Al Qur’an, benar-benar aksiomatik yang kebenarannya mutlak siap diuji
di pentas ilmiah. Sehingga tidak ada celah untuk meragukan, kebenarannya tak
mungkin tertutupi, ibarat terangnya cahaya matahari di siang hari. Jelas dan
tegas. Pada kondisi seperti ini penolakan terhadap kebenaran Al Islam
bukan karena kaburnya berita, melainkan lantaran kejahilan dan hasadnya hati.
Mereka tidak mencintai Allah si Pemilik Al Haq yang telah mengutus Rasul-Nya
dan menurunkan Al Islam. Mereka tidak takut terhadap ancaman Allah yang
memiliki perbendaharaan siksa yang pedih. Mereka tidak berpihak kepada Allah,
sebaliknya lebih berpihak kepada hawa nafsunya. Mereka pada dasarnya, sadar atau
tidak sadar, telah bertuhan kepada hawa nafsu, firman Allah yang artinya:
أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ
وَأَضَلَّهُ ٱللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ
وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِۦ غِشَٰوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ ٱللَّهِ أَفَلَا
تَذَكَّرُونَ
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya?
Dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci
mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya Maka
siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran(QS. Al Jatsiyah :23)
Para Hamba
Allah Kaum Muslimin Hafizhokumullah,
Walaupun
kebenaran telah nyata, bukan berarti keimanan umat akhir zaman mulus berlalu
tanpa ujian. Ujian tetap ada sepanjang masa. Ujian keimanan bagi segenap umat
adalah sunnatullah yang mesti dilalui oleh siapapun yang menghendaki jalan
kebenaran. Ujian keimanan yang dihadapi oleh umat akhir zaman adalah antara
lain:
Pertama,
mereka beriman ketika kondisi umat terpecah-belah dalam berbagai golongan dan
pemahaman. Dalam
sebuah hadits, Beliau bersabda, yang artinya:
أَلاَ إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ
سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ
وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
“Ingatlah
sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab itu berpecah-belah
menjadi tujuh puluh dua golongan dan sesungguhnya umat ini akan berpecah belah
menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang tujuh puluh dua golongan di
dalam neraka sedang yang satu di dalam surga, yaitu Al-Jama’ah….” HR. Abu Dawud dan Ahmad.
Para Hamba
Allah Sekalian,
Inilah salah
satu perbedaan mendasar antara kondisi Muslimin pada masa Rasulullah dan para
sahabat, dengan Ummat Islam kala ini. Kalau dulu kaum Muslimin hidup terpimpin,
satu jama’ah dan satu komando dari Rasulullah atau khalifah sebagai pemimpin
umat. Namun saat ini umat Islam hidup membutir, bergolong-golongan,
terkotak-kotak dalam sekat teritorial negara, saling membanggakan mazhab,
saling menghujat, dan berbagai sikap dan perilaku yang mengarah pada ikhtilaf
dan tafarruq. Dalam Al Qur’an Allah sebutkan, situasi seperti ini hanya akan
mendatangkan azab yang pedih:
وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا
مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan
janganlah kamu seperti orang-orang yang berpecah belah dan berselisih setelah
datang kepada mereka keterangan yang nyata, bagi mereka azab yang pedih”. (QS. Ali Imran:105).
Para hamba
Allah kaum muslimin, rahimakumullah.
Seharusnya
dengan nubuwwat Rasulullah seperti disebutkan tadi, tentang terpecahnya
muslimin dalam banyak golongan, dan sekarang sudah nyata-nyata terjadi,
menjadikan umat akhir zaman, kita-kita ini, untuk semakin selektif dalam
menyeleksi apa-apa yang harus diikuti dan mana yang mesti ditinggalkan. Kalau
kita lihat redaksi hadits di atas, maka seharusnya fokus perhatian kita, adalah
kembali pada kalimat Al Jama’ah, agar kita selamat dari situasi perpecahan dan
perselisihan umat.
Kemudian,
ujian kedua, adanya manusia-manusia yang menyampaikan seruan, terlihat seperti
menyampaikan kebenaran, akan tetapi sebenarnya justru menyeru kepada
pintu-pintu neraka.
Dalam sebuah
hadits yang panjang dari sahabat Huzaifah Ibnul Yaman, beliau bersabda,
قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ
أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ
لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا
“…..Rasulullah
menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu
Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke
dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat
mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita
dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita……….”. HR.Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah.
Para hamba
Allah, hari ini nubuwwat tersebut benar-benar nyata. Lihat dan perhatikan
baik-baik apa yang terjadi di sekeliling kita, banyak sekali mereka yang
memperlihatkan fisik seperti seorang muslim yang sholeh, akan tetapi hatinya
serigala, lisannya penuh dengan fitnah dan petuahnya adalah petuah menuju
kesesatan. Ada yang mengingkari hadits Rasulullah, ada yang ingin merenovasi
syariat Islam, ada yang meragukan kebenaran al jama’ah dan kembalinya khilafah,
ada yang mengatakan baiat yang dilakukan saat ini adalah bid’ah, serta
ada pula yang meyakini hadirnya nabi baru, bahkan ada yang mengaku sebagai
jibril dan Imam Mahdi. Naudzubillah min dzalik.
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, ia berkata, aku mendengar
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا
يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ
حَتَّـى إِذَا لَمْ يَبْقَ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً
فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Bahwasanya
Allah tidak akan mencabut ilmu dengan sekaligus dari manusia. Tetapi Allah
menghilangkan ilmu agama dengan mematikan para ulama. Apabila sudah ditiadakan
para ulama, orang akan banyak memilih orang-orang jahil sebagai
pemimpinnya. Apabila pemimpin yang jahil itu ditanya mereka akan berfatwa
tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan orang lain”. (HR. Muslim).
Para hamba
Allah Kaum muslimin Rahimakumullah,
Berikutnya
ujian ketiga, yakni: dorongan kepada syahwat dan daya tarik duniawi
yang sampai pada titik klimaks. Sebuah hadits menyatakan, bahwa beliau
Shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّهُ سَيَخْرُجُ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ تَجَارَى
بِهِمْ تِلْكَ ا ْلأ هْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى الْكَلْبُ لِصَاحِبِهِ وَقَالَ
عَمْرٌو الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ لاَ يَبْقَى مِنْهُ عِرْقٌ وَلاَ مَفْصِلٌ إِلاَّ
دَخَلَهُ
“….dan
sesungguhnya akan ada dari umatku beberapa kaum yang dijangkiti oleh hawa nafsu
sebagaimana menjalarnya penyakit anjing gila dengan orang yang dijangkitinya,
tidak tinggal satu urat dan sendi ruas tulangnya, melainkan
dijangkitinya.” (HR.
Abu Dawud dan Ahmad).
Para hamba
Allah sekalian,
Fitnah
syahwat sekarang ini, benar-benar telah sampai pada titik yang sangat
meprihatinkan. Manusia berlomba-lomba mengumbar syahwat. Manusia yang mukmin
sangat teruji untuk istiqomah agar bersih dari fitnah syahwat. Kalaupun ia
mampu, bisa jadi anak dan istrinya terjerumus kedalam lingkaran fitnah syahwat.
Dunia, saat ini diperlihatkan kepada kita dalam bentuk yang tidak membuat
mata kita berkedip dan membuat nafsu kita bergejolak.
Dalam sebuah
hadits, Beliau bersabda yang artinya:
“Akan datang
suatu zaman saat itu orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya,
kecuali bila dia lari membawanya dari puncak bukit ke puncak bukit yang lain
dan dari suatu gua ke gua yang lain. Maka apabila zaman itu telah tiba,
segala mata pencaharian tidak dapat diperoleh kecuali dengan melaksanakan
sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah. Apabila ini terjadi, maka kebinasaan
seseorang adalah dari sebab mengikuti kehendak isteri dan anak-anaknya.
Kalau ia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya dari sebab
mengikuti kehendak kedua orang tuanya. Dan jikalau orangtuanya sudah tiada,
maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak familinya atau dari sebab
mengikuti kehendak tetangganya”. Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah
maksud perkataan engkau itu?”. Nabi menjawab, “Mereka akan menghinanya dengan
kesempitan kehidupannya. Maka ketika itu lalu dia menceburkan dirinya di
jurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya”. (HR. Baihaq).
Para hamba
Allah kaum muslimin rahimakumullah,
Setidaknya
tiga hal di atas yang dihadapi oleh umat akhir zaman, dan itu adalah ujian
keimanan bagi mereka, siapa yang tetap istiqomah, serta siapa yang mundur dari
barisan keimanan. Semoga kita semua, termasuk pada golongan yang
istiqomah pada al haq.
بَا رَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ
اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَا كُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلَا يَا تِ وَذِّكْرِالْحَكِيْم اَقُوْلُ قَوْلِي هَاذَا
وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْم لِي وَلَكُمْ وَلِسَا ءِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَا سْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah
Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِلُزُمِ
الْجَمَاعَةِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍالَّذِىْ اَرْسَلَهُ اللهُ
إِلَى جَمِيْعِ الْأُمَّةِ, وَعَلَى
أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَانِ لْأُ مًّةِ. اَشْهَدُ
اَنْ لَااِلَهَ اِلَّااللهُ
وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِـيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وّسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَالتَّا بِعِيْنَ وَاتَّـابِعُ التـَّابِعِيْنَ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِ حْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا
بَعْدُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْعَزِيْزِ: اَعُوْذُبِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Para hamba
Allah kaum muslimin rahimakumullah,
Menghadapi
berbagai ujian keimanan, yang terjadi di hadapan kita, maka sebenarnya Allah
juga telah menyiapkan jawabannya. Sebuah hadits Rasulullah, memberikan petunjuk
kepada kita, bahwa dalam situasi fitnah kita diperintahkan untuk:
Meningkatkan
ketaqwaan,
senantiasa sam’i wa thoah atau mendengar dan taat, dan
berpegang teguh pada sunnah beliau dan sunnah Khulafaurrasyidin Al Mahdiyyin
(para khalifah yang lurus dan diberi petunjuk).
Dari Abu
Najih Al-’Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, berkata: “Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa alihi Wasallam tengah menasehati kami dengan sebuah
nasehat yang membuat gemetar hati-hati kami dan meneteskan air mata kami, maka
kami katakan: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa alihi Wasallam
seakan-akan ini sebuah nasehat perpisahan, maka nasehatilah kami. Beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa alihi Wasallam berkata:
اُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
وَاِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَاِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلَافًا
كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ
الْمَهْدِيِّينَ وَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ
الْأُمُورَ فَاِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَاِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Aku
wasiatkan agar kalian bertaqwa kepada Allah, dan mendengar dan taat
sekalipun yang memimpinmu adalah seorang budak Habsyi, karena orang yang hidup
diantara kamu di kemudian hari setelahku akan melihat perselisihan yang
banyak . Oleh karena itu, hendaklah kamu berpegang teguh pada sunnahku dan
sunnah Khulafaurrasyidin almahdiyyin (para kholifah yang mendapat petunjuk yang
benar). Hendaklah kamu pegang teguh dengannya dan gigitlah dengan gigi
gerahammu. Jauhilah perkara-perkara yang baru yang diada-adakan, karena sesungguhnya
semua perkara yang diada-adakan itu bid’ah dan semua bid’ah itu sesat.” (HR.
Ahmad, Abu Dawud dan At Tarmizi).
Para hamba
Allah kaum muslimin rahimakumullah,
Wasiat
Rasulullah yang tertuang dalam hadits tersebut, adalah jalan selamat. Jalan
orang-orang yang berpihak kepada Allah. Semoga Allah menjadikan kita
manusia-manusia yang berpegang teguh pada buhul al haq dan
senantiasa istiqomah mnejadi Hizbullah.
Kaum
Muslimin wal Muslimat Rahimakumullah.
Akhirnya
marilah kita munajat kepada Allah Subhanahu wa Ta`ala:
اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا
وَارْحَمْهُمَا كَمَارَبَّيَانَا صِغَارًا وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْاَمْوَاتِ وَارْفَعْ لَهُمُ الدَّرَجَاتِ.
اَللَّهُمَّ مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُجْرِيَ السَّحَابِ
وَهَازِمَ اْلأَحْزَابِ إِهْزِمْهُمْ وَانْصُرْنَا عَلَيْهِمْ ,
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُنَنَّا مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لنَاَ ذُنُوْبَنَا وَكَفِّرْعنَاَّ سَيِّئَاتِنَا
وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلاَبْرَارِ,
رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا
وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ اْلكَافِرِيْنَ ,
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ
اِمَامًا ,
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفيِ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ,
وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ مَعَ
اْلاَبْرَارِ يَاعَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ ,
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبَّ
الْعَالَمِيْنَ.
No comments:
Write komentar